Kejujuran
A. Pengertian Kejujuran
Kejujuran adalah satu
kata yang sederhana akan tetapi sangat sulit untuk dijalankan. Memang ketika
kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara
konsisten tidaklah sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita
pegang bertolak belakang dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah akan
tetap berpegang teguh, atau membiarkan tergilas oleh suatu keadaan. Ada sebuah
kisah inspiratif tentang arti kejujuran yang sangat menyentuh hati, dua orang
anak kecil yang sedang menjajakan tisue dipinggir jalan, membuat kita harus
belajar banyak tentang arti dari sebuah kejujuran…
Jujur itu kesucian jiwa
⊙ Jujur itu ketulusan
⊙ Jujur itu gambaran hati
⊙ Jujur itu berkata dan berbuat apa adanya
⊙ Jujur itu kebenaran
⊙ Jujur itu sifat mulia
⊙ Jujur itu lawan dari dusta
⊙ Jujur itu lawan dari kebohongan
⊙ Dengan kejujuran kau kan di percaya
⊙ Dengan kejujuran keberkahan berlimpah
⊙ Dengan kejujuran kemunafikan lari darimu
⊙ Dengan kejujuran manusia mencintaimu
⊙ Dengan kejujuran Yang Maha Kuasa Menyertaimu
⊙ Jujur itu ketulusan
⊙ Jujur itu gambaran hati
⊙ Jujur itu berkata dan berbuat apa adanya
⊙ Jujur itu kebenaran
⊙ Jujur itu sifat mulia
⊙ Jujur itu lawan dari dusta
⊙ Jujur itu lawan dari kebohongan
⊙ Dengan kejujuran kau kan di percaya
⊙ Dengan kejujuran keberkahan berlimpah
⊙ Dengan kejujuran kemunafikan lari darimu
⊙ Dengan kejujuran manusia mencintaimu
⊙ Dengan kejujuran Yang Maha Kuasa Menyertaimu
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia.
Kejujuran adalah bagian dari harga diri yang harus dijaga karena bernilai
tinggi. Kehilangan uang bisa dicari lagi, tapi kehilangan kejujuran di mana
harus dicari?
Jujur itu mahal harganya, orang merusak kejujuran sangsinya akan berat dan berlangsung lama. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia, dan keduanya itu merupakan anugerah dari Allah Swt. Dua eleman ini saling keterkaitan.
Ketika ucapan tak sesuai dengan kenyataan, hati menjadi risau karena ucapan dirasa tak jujur. Jujur memang indah, sikap jujur membuat hidup kita lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin kita sendiri. Coba bayangkan ketika kejujuran dinafikkan pasti hidup kita tak pernah tenang. Kebohongan pertama pasti harus ditutup dengan kebohongan kedua dan seterusnya. Yang pasti kebohongan itu sangat melelahkan dan membebani hati nurani, hidup tak nyaman dan diselubungi rasa was-was.
Jujur itu mahal harganya, orang merusak kejujuran sangsinya akan berat dan berlangsung lama. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia, dan keduanya itu merupakan anugerah dari Allah Swt. Dua eleman ini saling keterkaitan.
Ketika ucapan tak sesuai dengan kenyataan, hati menjadi risau karena ucapan dirasa tak jujur. Jujur memang indah, sikap jujur membuat hidup kita lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin kita sendiri. Coba bayangkan ketika kejujuran dinafikkan pasti hidup kita tak pernah tenang. Kebohongan pertama pasti harus ditutup dengan kebohongan kedua dan seterusnya. Yang pasti kebohongan itu sangat melelahkan dan membebani hati nurani, hidup tak nyaman dan diselubungi rasa was-was.
Kejujuran dan Kepercayaan
Kejujuran
merupakan pangkal dari kepercayaan, yang menilai Anda jujur adalah Allah, Sang
Pencipta dan orang-orang di sekitar Anda. Sedangkan kepercayaan adalah imbas
positis dari sikap jujur. Orang yang mendelegasikan kepercayaan merupakan hasil
dari penilaiannya terhadap sikap kita. Jadi sekali lagi kepercayaan adalah
amanah yang harus dijaga erat.
Karena kepercayaan tak timbul dari penilaian sesaat pula. Orang lain berteman terhadap kita digerakan dari rasa kepercayaan pula, pikiran postitif menimbulkan persepsi bahwa si A kelihatannya memegang prinsip kejujuran dan bisa dipercaya. Di lain contoh kejujuran juga bagian dari syarat kenaikan jabatan dalam sebuah sistem manajemen di perusahaan.
Pemimpin perusahaan hanya menunjuk karyawan yang berprestasi baik terutama yang memegang prinsip kejujuran. Pemimpin menaruh kepercayaan full kepada karyawannya untuk menyelesaikan tugas kantornya. Kejujuran juga berlaku di sekolah dari TK sampai universitas, bahkan di sinilah kejujuran diajarkan sekaligus diuji tingkat kekuatannya.
Di sekolah setiap ada menempuh ujian kenaikan kelas maupun ujian akhir peserta dilarang keras menyontek, karena melanggar norma kejujuran. Setiap ada peserta ujian yang berbuat curang terkena tindakan hukuman dari sekolahan. Namun ujian yang paling berat justru ketika siswa lulus sekolah dan kembali dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja di perusahaan atau mengabdi menjadi Pegawai Negeri Sipil di situlah banyak godaan yang mengancam norma kejujuran.
Tak ada pengawasan yang ketat dan hati nurani dipertaruhkan demi materi yang bukan haknya. Kalau iman kita tak diikat kuat dari ibadah, bakalan kebobolan. Itulah mengapa di Indonesia banyak sekali kasus korupsi, bahkan menjadi negara yang paling korup nomer tiga di dunia. Sangat melalukan bukan?
Kejujuran yang selama masa sekolah dijunjung tinggi, ternyata hilang karena godaan setan. Koruptor yang terbukti bersalah menggelapkan uang negara, alih-alih malu, malah menunjukan ekpresi tak bersalah. Sungguh menjijikan. Mereka taksadar bahwa dia adalah contoh buruk bagi pelajaran norma kejujuran. Selama orang tak jujur bakalah kehilangan harga diri didepan masyarakat dan Allah.
Masyarakat sudah tak percaya lagi terhadap pejabat dan pelaku yang terbukti menyelewengkan kepercayaan. Untuk membangkitkan kepercayaan dari masyarakat sangat sulit, karena nilai kejujuran sudah dirusak sendiri.
Karena kepercayaan tak timbul dari penilaian sesaat pula. Orang lain berteman terhadap kita digerakan dari rasa kepercayaan pula, pikiran postitif menimbulkan persepsi bahwa si A kelihatannya memegang prinsip kejujuran dan bisa dipercaya. Di lain contoh kejujuran juga bagian dari syarat kenaikan jabatan dalam sebuah sistem manajemen di perusahaan.
Pemimpin perusahaan hanya menunjuk karyawan yang berprestasi baik terutama yang memegang prinsip kejujuran. Pemimpin menaruh kepercayaan full kepada karyawannya untuk menyelesaikan tugas kantornya. Kejujuran juga berlaku di sekolah dari TK sampai universitas, bahkan di sinilah kejujuran diajarkan sekaligus diuji tingkat kekuatannya.
Di sekolah setiap ada menempuh ujian kenaikan kelas maupun ujian akhir peserta dilarang keras menyontek, karena melanggar norma kejujuran. Setiap ada peserta ujian yang berbuat curang terkena tindakan hukuman dari sekolahan. Namun ujian yang paling berat justru ketika siswa lulus sekolah dan kembali dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja di perusahaan atau mengabdi menjadi Pegawai Negeri Sipil di situlah banyak godaan yang mengancam norma kejujuran.
Tak ada pengawasan yang ketat dan hati nurani dipertaruhkan demi materi yang bukan haknya. Kalau iman kita tak diikat kuat dari ibadah, bakalan kebobolan. Itulah mengapa di Indonesia banyak sekali kasus korupsi, bahkan menjadi negara yang paling korup nomer tiga di dunia. Sangat melalukan bukan?
Kejujuran yang selama masa sekolah dijunjung tinggi, ternyata hilang karena godaan setan. Koruptor yang terbukti bersalah menggelapkan uang negara, alih-alih malu, malah menunjukan ekpresi tak bersalah. Sungguh menjijikan. Mereka taksadar bahwa dia adalah contoh buruk bagi pelajaran norma kejujuran. Selama orang tak jujur bakalah kehilangan harga diri didepan masyarakat dan Allah.
Masyarakat sudah tak percaya lagi terhadap pejabat dan pelaku yang terbukti menyelewengkan kepercayaan. Untuk membangkitkan kepercayaan dari masyarakat sangat sulit, karena nilai kejujuran sudah dirusak sendiri.
Kejujuran Adalah Harga Diri.
Kejujuran adalah harga mati yang harus dipegang
sampai mati pula. Jujur di dunia selamat di akhirat. Prinsipnya miskin materi
tak mengapa asalkan kita masih punya nilai kejujuran. Karena kejujuran ibarat
pelampung penyelamat ketika manusia menghadapi pengadilan super adil yakni pada
hari perhitungan kelak.
Norma jujur itulah salah satu saksi yang menyelamatkan dari hukuman Allah. Apa jadinya jika harga diri kita sendiri dirusak oleh sikap-sikap yang bertentangan dengan norma kejujuran? Yang pasti akan mendapatkan hukuman dari negara, masyarakat maupun rasa bersalah terhadap Allah penciptanya. Memang sesal hanya terjadi di belakangan.
Namun sebisa mungkin janganlah merusak harga diri dengan kebohongan dan tindakan yang melawan norma kejujuran di mana saja Anda berada. Sekali Anda berbohong di depan masyarakat luas, hilanglah harga diri Anda selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar