Jumat, 05 Desember 2014

INTERNET ADDICTION DISORDER

INTERNET ADDICTION 
DISORDER



                Pada saat ini penggunaan Internet semakin luas, tidak saja pada Negara - Negara maju, akan tetapi pada Negara - Negara berkembang termasuk Indonesia, India, dan China.
Walaupun waktu yang digunakan orang pada umumnya untuk melakukan akses online dapat menjadi sangat produktif, penggunaan internet yang Kompulsif dapat berpengaruh buruk pada kehidupan, pekerjaan dan hubungan dalm berkeluarga.

                Latar belakang dari meluasnya gejala kecanduan Internet ini adalah meningkat pesatnya penggunaan perangkat mobil seperti smartphone dan tablet di seluruh dunia, khususnya pada sepuluh terakhir ini.
selain membawa admpak baik berupa komunikasi yang lebih mudah dengan siapa saja dan dimana saja, namun juga muncul berbagai dampak buruk yang tidak terelakan khususnya bagi anak - anak dan generasi muda. 

                 Banyak diantara anak - anak dan remaja saat ini yang lebih suka menghabiskan waktu berjam - jam dalam sehari entah untuk bermain games onlie maupun untuk bercengkrama dengan teman - teman online mereka melalui berbagai situs jejaring sosial seperti facebook, youtube, instagram atau twitter.


DEFINISI KECANDUAN INTERNET

Kecanduan Internet ( Internet Addiction Disorder =IAD ) mengacu pada penggunaan internet yang bermasalah, termasuk beragam aspek dari teknologi Internet yang berkaitan, seperti email dan World Wide Web. 

Meskipun kecanduan Internet telah mempengaruhi banyak orang, para ahli masih memperdebatkan mengenai terminologi yang tepat untuk gejala tersebut. Namun demikian, dalam 1 dekade terakhir konsep tentang kecanduan internet telah semakin luas diterima sebagai gangguan klinis yang harus melakukan perawan ( treatmenet ) Khusus.

Salah satu gejala kecanduan internet adalah penggunaan waktu yang berlebihan untuk Internet. Seseorang mungkin akan mengalami kesulitan untuk mengurangi akses terhadap Internet bahkan jika ia di ancam sanksi mendapat nilai yang buruk di sekolah atau dikeluarkan dari pekerjaannya. Ada beberapa kasusu telah dilaporkan tentang para mahasiswa yang menolak untuk tidak mengakses Internet agar bisa mengikuti kuliah.

Gejala - gejalamya meliputi :
1. Kurang tidur
2. Kelelahan
3. nilai - nilai yang memburuk
4. Kinerja yang semakin memburuk di tempat kerja
5. Apatisme
6. Dsb.

Tanda - tanda pada orang kecandua Internet berbeda - beda untuk tiap orang.sebagai conto, tidak ada keriteria sekian jam perhati atau berapa pesan sehari yang mengindikasikan seseorang telah kecandua Internet.  

Gangguan kecanduan Internet, mencakup sejumlah problem kontrol impuls seperti :

a. Kecanduan cybersex : Internet pornography, adult chat rooms, adults fantasy role-play.

b. Kecanduan hubungan - cyber : Kecanduan jejaringan sosial, chat, text ( sms ) atau email.

c. Net Compulsions : Game online, Judi Online, Permainan saham online, atau lelang online seperti eBay yang seringkali membawa konsekuensi masalah finansial atau masalah pekerjaan.

d. Kelebihan Informasi : Selancar online atau pencarian database secara kompulsif.

e. Kecanduan komputer : Memainkan permainan komputer secara obsesif, seperti Solitaire atau Minesweeper atau pemrograman komputer secara obsesif.

  
CONTOH KASUS KECANDUAN DISORDER 


 Kecanduan Internet ( Bermain Game Online dan Jejaring Sosial ) Pada Kaum Remaja

Masa remaja adalah masa tantangan berat untuk membentuk watak, karakter, perilaku yang dewasa. Masa remaja masa pencarian jatidri dan selalu ingin mencoba dan mencoba sehingga bila salah mencoba remaja itu menjadi salah langkah memasuki masa dewasa.

Warga - warga Singapura rata - rata  menghabiskan 38 menit per sesi di facebook, hampir dua kali lebih lama dari pada orang Amerika, menurut studi dari Experian, Perusahaan layanan informasi global.

Dan para peneliti mengkaji 1.618 remaja berusia 13 sampai 18 tahun di China mengenai perilaku negatif yang disebabkan oleh kecanduan Internet.

Semua siswa yang dikategorikan sebagai kecanduan tingkat sedang terhadap internet 2,4 kali lipat lebih besar kemungkinannya melukai diri sendiri, dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan internet.

HAL - HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECANDUAN INTERNET:


1. Sesuaikan pengawasan yang diberikan dengan usia anak.
2. Di Usia TKS, anak hanya sebatas melihat dan menerima penjelasan tentang hal - hal yang ingin diketahuinya. Orang tua harus mencarikan informasi dan membukakan halamannya.
3. Pada usia SD dan SMP, anak dapat browsing secara mandiri, namun berilah mereka batasan.
4. Bekalilah anak dengan pegangan moral.
5. Berikanlah aturan yang sangat jelas. Pastikan anak memiliki batasan wajtu untuk mengakses internet.





Tekanan sistem akademik China yang tinggi sering menyebabkan konflik antara orang tua, guru, dan siswa terkait kebiasaan bermain game mereka. Kadang-kadang, konflik tersebut berakhir dengan tragis. Tapi apa yang terjadi setelah siswa di masuk ke perguruan tinggi, ketika tekanan ini kebanyakan sudah tidak ada lagi? Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh reporter Netease Games , bermain game menjadi hal yang bebas dilakukan. Reporter tersebut melakukan survei terhadap sekitar 100 mahasiswa (pria dan wanita) di tiga perguruan tinggi yang berbeda, dan menemukan bahwa 90 persen mahasiswa mengaku telah bermain dengan handphone mereka selama proses perkuliahan di kelas. 49 persen mengatakan sering melakukannya, dan dari para mahasiswa itu, 60 persen mengatakan mereka menggunakan handphone mereka setidaknya sekali setiap sepuluh menit selama proses perkuliahan di kelas. Tentu saja, mereka tidak hanya bermain game mobile – mahasiswa mengatakan mereka melakukan segala sesuatu mulai dari chatting di WeChat hingga menonton film selama proses perkuliahan di kelas. Meskipun demikian, game jelas tetap menjadi favorit bagi sebagian orang. Seorang pelajar wanita mengatakan kepada Netease: “Semua skor tinggi saya dalam game tercapai ketika saya masih di kelas.” (Baca juga: Cekcok akibat game, ibu dan anak di China tewas tenggelam) Fenomena mahasiswa bermain di handphone mereka merupakan masalah yang terjadi di mana-mana, tapi mungkin ini menjadi masalah sangat akut di universitas-universitas di China karena kurangnya tekanan akademis pada mahasiswa. Banyak yang mengatakan bahwa hal yang paling sulit bagi banyak siswa di China adalah diterima di universitas. Setelah seorang siswa diterima dan biaya kuliah mereka dibayar, besar kemungkinan mereka akan lulus. Dan meskipun survei Netease berskala kecil, banyak komentar dari para pembaca yang mengatakan bahwa mereka juga melakukannya, atau sedang melakukan hal yang sama. Beberapa menulis “Aku membaca berita ini di kelas.”

Baca juga: Survei: 90 persen mahasiswa di China bermain game mobile selama kelas http://id.techinasia.com/survei-90-persen-mahasiswa-di-china-bermain-game-mobile-selama-kelas/
Tekanan sistem akademik China yang tinggi sering menyebabkan konflik antara orang tua, guru, dan siswa terkait kebiasaan bermain game mereka. Kadang-kadang, konflik tersebut berakhir dengan tragis. Tapi apa yang terjadi setelah siswa di masuk ke perguruan tinggi, ketika tekanan ini kebanyakan sudah tidak ada lagi? Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh reporter Netease Games , bermain game menjadi hal yang bebas dilakukan. Reporter tersebut melakukan survei terhadap sekitar 100 mahasiswa (pria dan wanita) di tiga perguruan tinggi yang berbeda, dan menemukan bahwa 90 persen mahasiswa mengaku telah bermain dengan handphone mereka selama proses perkuliahan di kelas. 49 persen mengatakan sering melakukannya, dan dari para mahasiswa itu, 60 persen mengatakan mereka menggunakan handphone mereka setidaknya sekali setiap sepuluh menit selama proses perkuliahan di kelas. Tentu saja, mereka tidak hanya bermain game mobile – mahasiswa mengatakan mereka melakukan segala sesuatu mulai dari chatting di WeChat hingga menonton film selama proses perkuliahan di kelas. Meskipun demikian, game jelas tetap menjadi favorit bagi sebagian orang. Seorang pelajar wanita mengatakan kepada Netease: “Semua skor tinggi saya dalam game tercapai ketika saya masih di kelas.” (Baca juga: Cekcok akibat game, ibu dan anak di China tewas tenggelam) Fenomena mahasiswa bermain di handphone mereka merupakan masalah yang terjadi di mana-mana, tapi mungkin ini menjadi masalah sangat akut di universitas-universitas di China karena kurangnya tekanan akademis pada mahasiswa. Banyak yang mengatakan bahwa hal yang paling sulit bagi banyak siswa di China adalah diterima di universitas. Setelah seorang siswa diterima dan biaya kuliah mereka dibayar, besar kemungkinan mereka akan lulus. Dan meskipun survei Netease berskala kecil, banyak komentar dari para pembaca yang mengatakan bahwa mereka juga melakukannya, atau sedang melakukan hal yang sama. Beberapa menulis “Aku membaca berita ini di kelas.”

Baca juga: Survei: 90 persen mahasiswa di China bermain game mobile selama kelas http://id.techinasia.com/survei-90-persen-mahasiswa-di-china-bermain-game-mobile-selama-kelas/